Ujung Penantian
Ujung Penantian ‘Tak usah datang menjemput dan tak usah menungguku. Teruslah berjalan ke depan, dan aku akan lari mengejar. Jangan khawatir, kaki ini masih belum sampai batasnya. Aku pasti akan datang mendampingi di sampingmu.’ Aku tidak bisa melupakannya. Semakin aku berusaha untuk menghapus ingatanku tentangnya, semakin membuatku sakit. Lagi, aku berkeluyuran di taman melepaskan rinduku padanya yang entah berada dimana. Mengingat tempat-tempat yang pernah kami kunjungi bersama, membuatku tersenyum getir. Petikan gitar terdengar. Samar, sebuah lagu didendangkan di bawah gelapnya langit malam yang bertabur bintang. Sebuah lagu yang sangat familiar bagiku. Layaknya ilusi, suara yang kurindukan kembali kudengar, membuat hatiku berdegup kencang. Kulangkahkan kakiku mencari sumber suara itu. Di sana, aku melihatnya. Seorang pria yang tengah duduk dengan tangan yang memetikakan senar gitar dengan lihainya. Aku mendekatinya, ingin mendengar nyanyiannya atau mungkin ikut ...